Merawat Kepergian
Untuk lebih merasa sakit kamu perlu merawat sebuah persiapanmu untuk pergi
Kepergian (n) hal pergi, keberangkatan.
Dalam kamus dan padanan kata yang kuketahui, tidak ada sebuah diksi yang dapat membahasakan kepergian dengan indah. Kepergian seringkali disangkut pautkan terhadap kesedihan, kehilangan, kerinduan, dan bebagai macam kata-kata sedih lainnya. Sehingga jangan menyalahkan deru klakson kapal ketika seseorang yang dengan berat kaki melangkahkan kaki meninggalkan pulau. Bel kapal hanya sebuah eksistensi sampingan yang membantu kepergian lebih syahdu dan menyayat. Ketika hatimu akhirnya remuk redam, maka itu adalah kesalahan bahasa yang ditetapkan oleh para pendahulu, di mana mereka dengan seenaknya merasakan dan membahasakan kepergian dengan cara yang menyedihkan.
Malam ini, aku menuliskan tulisan ini di sebuah kafe bernama little prince. Hal ini mengingatkanku betapa pangeran pada novel prancis klasik little prince dengan berani pergi dari planetnya untuk mencari tahu dan menertawakan berbagai hal. Ada beberapa yang ditinggalkannya bersedih. Sehingga kepergian tetap dibahasakan dengan sendu. Namun, yang membuatku lebih mantap untuk menuliskan tulisan yang telah terpikir sejak beberapa bulan lalu adalah kenyataan bahwa aku akan pergi dan ditinggal pergi.
Aku akan ditinggalkan pergi oleh beberapa orang yag mengisi hidupku, sehingga mereka dapat mewujudkan impiannya sendiri. Aku bersedih dan memilih untuk tetap berenigma agar sedih dan sakit yang kurasakan akan hilang sementara. Karena yang kubutuhkan hanya sementara sampai kepergian itu menjadi pulang. Padahal mereka-mereka yang akan meninggalkanku pergi adalah orang hebat yang memang ingin mengejar tujuan hidupnya, namun tetap kepergian tidak dibahasakan dengan indah di sini.
Tidak ada yang berubah.
Bahkan ketika aku yang akan pergi dari kehidupanku yang nyaman di bangku perkuliahan, aku resah dan banyak berpikir. Aku bohong ketika aku berkata bahwa aku bersemangat untuk melangkah pergi dari kehidupan kampus, mencoba peruntungan baru, dan mengejar mimpi-mimpi yang pernah tertulis di tembok berwarna krem. Perasaan yang menggelayut pada sebuah sore ketika aku bertatapan dengan laptop dan mesin printer untuk menyiapkan berbagai berkas kepergianku adalah kehilangan dan sedikit hampa.
Ketika aku mengiyakan untuk pergi dari rutinitas hidupku sekarang, maka aku harus rela kehilangan banyak hal dan hanya bisa menyimpannya lekat-lekat pada memori. Sementara aku akan kehilangan banyak hal, kesangsianku untuk mendapatkan hal yang lebih berharga menyergapku begitu saja. Aku akan kehilangan rutinitas hearing, bermain-main, dan mengobrol dengan wajah-wajah yang hanya menghubi grup chat. Tapi tak ada jaminan aku akan mendapat hal yang setara.
Dan adakah sebuah keindahan atau malah kebahagiaan dalam deskripsi tentang kepergian? Lalu bagaimana kita tetap beranjak dalam semua ketidak indahan ini.
Sebuah Pergi yang Tidak Sedih
Sebuah pagi hari pukul tiga pernah menjadi saksi, betapa ada sebuah kepergian yang tidak menyedihkan. Kicauan burung bersautan dengan deru knalpot sepeda motor yang baru saja dihidupkan. Beberapa pengendara motor itu tersenyum dengan kecut karena pekerjaan dan batas-batas waktu yang harus mereka kejar. Mereka lelah karena pekerjaan yang mereka hidupi selepas maghrib belum juga usai hingga fajar hampir menjelang. Mereka marah karena waktu bermain dan waktu bersantai malah mereka gunakan untuk terjaga menghitung beberapa hitungan dan mengerjap beberapa kata di laporan. Tapi setidaknya mereka tidak bersedih, karena mereka tahu mereka mengejar sebuah kebahagiaan lain.
Karena bagi mereka, ada kesedihan yang siap mengeroyok mereka di tikungan Blok U* ketika mereka memutuskan untuk tetap tinggal. Akan ada sebuah kesedihan dan kecemburuan yang luar biasa kuat ketika mereka gagal untuk pergi dan mengantarkan kepergian wajah-wajah yang lain.
Aku pernah ada di posisi mereka bersama-sama dengan wajah-wajah yang akan pergi.
Aku pernah merasa bahagia ketika melakukan segala rutinitas di akhir semester ini. Kebahagiaan itu muncul taatkala aku benar-benar hidup dan merasakan nafas dan usaha manusia-manusia yang mengelilingiku. Melihat bagaimana sebuah mata dapat terjaga hingga pagi dan mulai bekerja lagi pada siangnya. Melihat bagaimana pembicaraan semakin akrab dan lucu.
Tapi sialnya, ketika aku menemukan kebahagiaan pada saat akan pergi, malahan aku semakin enggan untuk pergi. Bahkan aku merasa kesedihan yang akan mengarak kepergianku mengitari sepi akan semakin kuat. Salahkah aku apabila aku ingin menikmati waktu-waktu indah saja dan menetap di dalam kapsulnya untuk sedikit lama lagi?
Dan aku tetap saja tak mengerti di mana indahnya kepergian.
Merawat Sebuah Kepergian?
Aku pernah sedikit keras pada diriku dan bertanya apakah aku bersedia merawat sebuah kepergian. Aku dengan bangga menjawab iya. Aku melihat ada sebuah hal yang dapat kudapatkan untuk menggantikan hal-hal yang kutinggalkan dan hilang karena kepergianku.
Equivalent Trade / Pertukaran Setara
Apa yang kau berikan adalah apa yang kau terima
Adalah konsep yang tetap kupegang teguh hingga saat ini. Aku bersedia tidak bersedih dan merawat kepergianku. Karena sebelum aku bersedih karena pergi dan meninggalkan, aku menemukan kebahagiaan pada saat merawat kepergian. Aku mengaduk segala rasa yang kurasakan pada saat mengerjakan seluruh ambisiku untuk pergi. Ketika segalanya telah bercampur dan warnanya berubah, maka aku merasakan bahwa segalanya lebih manis. Rasa pahitnya hilang. Menguap. Diterpa keramahan dan kehangatan yang kurasakan pada saat merawat kepergianku.
Aku lebih mengenal beberapa orang yang pada awalnya tidak kukenal. Aku tertawa pada kelakuan orang yang pada awalnya kuanggap tidak ramah kepadaku. Aku tersenyum pada deadline-deadline yang harus kulewati. Aku berteriak bahagia pada saat semuanya berakhir. Pada saat kakiku akhirnya siap untuk melangkah pergi.
Segala kebahagiaan itu didapatkan karena merawat kepergian. Merawat kedua kaki ambisimu agar tak mudah lelah, merawat ingatan bahwa bahagia sebelum pergi itu ada, dan pasti ada kebahagiaan lain yang akan kau dapatkan sesaat setelah meninggalkan apa yang harus kau tinggalkan. Merawat kepergian bukan berarti bersedekap tangan dan pasrah atas kepergian. Merawat kepergian berarti menyiapkan segala kebahagiaan yang akan kau dapatkan pada saat perjalananmu pergi.
Dan aku tetap mengatakan padamu segalanya ada karena pergi.
Setelah membaca seluruhnya, bukankah ada sebuah bahasa indah pada kepergian? ada saatnya kau merawat kepergian dan ragu. Maka ingatlah bahwa akan ada bahagia-bahagia pada saat kau merawat kepergianmu. Dan sejatinya akan ada kebahagiaan lain pada saat perjalananmu pergi.
Lalu bagaimana apabila setelah pergi aku tetap bersedih?
Kau masih bisa pulang, kan?
Seseorang yang Merawat Kepergiannya di Akhir Kuliah,
Little Prince, 8 Agustus 2018
*Tikungan Blok U merupakan tikungan jalan yang dekat dengan kampus, diambil dari tikungan dosen di perumahan dosen ITS blok U